Halo
teman-teman. Udah hari ke berapa nih #Dirumahaja ? Makin bosan ya kita. Tapi,
tetap semangat ya kawan. Kita lawan pandemi ini bersama-sama.
Oke, “bersama-sama”. Kita semua pastinya sudah mengerti arti kata tersebut. Dan di tengah pandemi covid-19 ini, kita sangat memerlukan hal tersebut. Tapi kan harus social distancing? Lantas? Bagaimana? Apakah bersama-sama masih perlu? Jawabannya, iya. Sangat perlu. Karena kita tidak mungkin menghadapi wabah ini sendirian. Memang jarak fisik harus renggang. Namun, apakah jarak sosial harus ikut renggang? Bukankah masyarakat Indonesia terkenal dengan tradisi gotong royongnya? Ya, kita semua tau itu. Mungkin kali ini gotong royong kita tanpa melibatkan fisik, namun ikatan sosial dan hati yang berperan.
“Kenapa sih, kok opening nya serius
banget?” Mungkin ada yang berpikir seperti itu? Oke, jadi begini. Akhir-akhir
ini banyak banget berita beredar yang menyatakan bahwa banyak masyarakat yang
menolak jenazah pasien corona untuk dimakamkan di pemakaman daerah mereka.
Salah satu beritanya yakni “Tutup Jalan, Warga Tolak Jenazah Pasien Corona
Dimakamkan di TPU SP 1 Mimika”, dikutip dari Kompas.com. Tidak hanya itu.
Sebelumnya sudah banyak sekali penolakan terhadap pemakaman jenazah pasien
corona. Bahkan ada juga masyarakat yang melempari mobil jenazah dengan batu.
Ada pula yang ingin membongkar makam jenazah pasien corona. Miris sekali
melihatnya. Apa yang salah dari para pasien tersebut? Mereka korban bukan?
Mungkin sebagian masyarakat masih takut akan terjadinya penularan virus corona
dari jenazah tersebut. Kewaspadaan mereka yang berlebihan pun mungkin juga
menjadi salah satu penyebab penolakan tersebut.
Bukankah sudah dijelaskan
berkali-kali dalam berita di televisi maupun media lain bahwa jenazah pasien
corona itu sudah tidak menularkan virus. Karena mereka dimakamkan berdasarkan
protokol keamanan pemakaman. Yakni jenazah sudah terbungkus seluruhnya dalam
kantong jenazah yang tidak mudah tembus agar tidak terjadi kebocoran cairan
tubuh jenazah. Bahkan peti mati nya dibuat tidak biasa dan berbeda dengan peti
mati pada umumnya seperti dilapisi plastik maupun bahan-bahan lain yang dapat
mencegah terjadinya penularan virus. Kepala Departemen Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSU dr Soetomo Surabaya, dr Edi Suyanto SpF SH MH, juga mengatakan
bahwa secara ilmiah ilmu kedokteran, korban atau jenazah kemungkinan menularnya
sudah tidak ada. Apalagi virus corona. Dia (virus corona) harus hidup pada
inangnya. Inangnya sudah mati. Virusnya juga ikut mati. Sama dengan HIV/AIDS
sama H5N1 (Flu burung).
Keluarga
jenazah yang diizinkan ikut pemakaman pun sangat dibatasi jumlahnya, padahal
masih banyak anggota keluarga lainnya yang ingin mengikuti proses
pengistirahatan terakhir jenazah tersebut. Sedih bukan? Apakah kita masih tega
untuk menolak pemakaman jenazah tersebut? Begini, kita yang bukan tenaga medis
ini bahkan tidak bisa membantu merawat pasien corona. Kita semua tau bahwa para
tenaga medis sudah mengorbankan diri mereka demi kita. Mereka menyarankan kita
untuk tetap dirumah sedangkan mereka yang berjuang di garda terdepan. Lantas
apakah pengorbanan mereka harus dibayar dengan caci maki? Masih tega kah kita?
Meski pun kita tidak bisa membantu dalam bentuk materi maupun tenaga,
setidaknya kita membantu dengan mensupport mereka yang tengah berjuang saat
ini. Boleh jaga jarak dengan mereka, namun jangan sampai berlebihan sehingga
kita menjauhi dan membenci mereka. Lalu apabila ada seseorang yang positif
corona namun ia tidak melapor karena takut dijauhi warga. Siapa juga yang rugi?
Kita kan? Jadi marilah kita saling mengerti dan tidak egois agar semua pasien
yang ODP, PDP, dan positif corona dapat terdeteksi seluruhnya. Agar kita tidak rugi
juga. Walaupun bukan kita yang menolak pemakaman jenazah corona, yuk
mengingatkan sesama untuk saling menjaga solidaritas di tengah pandemi ini.
Dengan mempersilakan jenazah corona dimakamkan dengan aman dan tentram, itu
sudah merupakan bentuk dukungan dan bantuan dari masyarakat. Setidaknya para
tenaga medis tidak mengalami beban tambahan dengan ditolaknya jenazah corona.
Beban mereka sudah sangat berat . Mereka harus memakai APD (Alat Pelindung Diri) selama 5-12 jam.
Bayangkan betapa gerahnya. Jadi jangan sampai kita menambah beban mereka lagi.
Karena meringankan beban orang lain juga termasuk pahala bagi kita. Pastinya
kita semua ingin berbuat baik pada sesama kan?
Kita
buktikan bahwa solidaritas kita lebih kuat dari virus corona. Tapi ingat! Saat
ini sangat penting bagi kita semua tetap dirumah, untuk mengurangi persentase
kecepatan penularan covid-19. Sehingga pandemi ini bisa segera berakhir sebelum
Ramadhan tiba. Aamiin. yang pastinya itu adalah keinginan kita semua.
Hilangkan
egois, rapatkan solidaritas. Semoga bumi segera membaik:) Yuk #Dirumahaja. Jaga
kesehatan, jaga kebersihan, dan manfaatkan waktu selama masa karantina ini
dengan baik ya. Tetap produktif. Jangan keluar rumah jika tidak terlalu
penting. Sampai jumpa di blog berikutnya. Terimakasih.
Sumber :.https://regional.kompas.com/read/2020/04/13/15524081/tutup-jalan-warga-tolak-jenazah-pasien-corona-dimakamkan-di-tpu-sp-1-mimika , https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4975433/warga-pasuruan-yang-tolak-pemakaman-jenazah-corona-hanya-terprovokasi, https://www.youtube.com/watch?v=bJZYzCHXDFw
Comments
Post a Comment