Halo teman-teman semua. Kali ini, kita akan bahas tentang satu topik yang sering jadi perbincangan semua orang. Ya, ini tentang peringkat atau biasa kita kenal dengan ranking.
Pasti semua orang tua menginginkan anaknya menjadi orang yang sukses kelak. Namun, kebanyakan dari mereka mengukur dari peringkat yang diperoleh anaknya di sekolah. Padahal, peringkat di sekolah tidak menentukan sukses tidaknya seorang anak kelak. Karena setiap anak memiliki potensi masing-masing yang tidak sama dengan anak-anak lainnya. Misalnya, seorang atlet yang tidak perlu menghafal rumus metematika untuk meraih banyak prestasi, ia hanya butuh latihan fisik. Seorang seniman juga tidak perlu menghafal nama-nama bakteri untuk bisa menghasilkan karya yang indah. Setiap profesi memiliki bidang yang harus ditekuni. Dan menjadi seorang guru pun tidak semua mata pelajaran harus ia kuasai karena ada guru fisika, sejarah, matematika, bahasa Indonesia, dan lain sebagainya. Kita juga perlu ingat bahwa Sang Pencipta menciptakan setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Tapi terkadang passion seorang anak tidak sama dengan impian orang tuanya. Nah, bagaimana menghadapi hal tersebut? Untuk menghadapi hal tersebut dibutuhkan sikap terbuka antara orang tua dan anak. Orang tua bisa menanyakan baik-baik apa yang sebenarnya di impikan oleh sang anak, dan apa tujuannya. Selama hal yang ia impikan berada di jalan positif, sebaiknya para orang tua mendukung mereka. Dan satu hal yang paling penting. Bedakan antara memberi dukungan dengan menuntut. Dua hal tersebut tentunya sangat berbeda dan memiliki dampak yang berbeda pula.
Biasanya anak juga akan merasa dirinya gagal karena belum bisa mendapat peringkat 3 besar untuk membanggakan orang tuanya. Terlebih lagi ketika mereka dibandingkan dengan anak lain yang lebih cerdas atau lebih sukses. Ya, niat orang tua memang baik karena ingin anaknya menjadi orang yang berhasil. Namun, cara mereka terkadang membuat anak-anak tertekan. Hal tersebut bisa menjadi penyebab adanya sikap menyontek agar bisa mendapat nilai yang tinggi sehingga seorang anak tidak mengetahui seberapa potensi yang ia miliki sebenarnya. Hal tersebut juga membuat anak terus mengejar posisi pertama itu, sehingga bakatnya akan tertutup dengan nafsunya mengejar posisi itu. Sedangkan, jika setiap anak mengembangkan bakatnya masing-masing, maka akan tercipta generasi Indonesia yang kreatif, inovatif, dan sukses di bidangnya.
Untuk para orang tua, disini saya tidak menggambarkan kesalahan orang tua. Namun, disini saya ingin mengutarakan bahwa jangan pernah menuntut seorang anak untuk menjadi nomor satu. Beri mereka semangat ketika mereka gagal. Jangan katakan bahwa mereka kurang usaha dan kurang tekun. Tapi katakan bahwa dibalik kesuksesan seseorang pasti ada usaha yang besar dan jatuh bangun yang membuat orang tersebut semakin kuat. Dan intinya, peringkat itu tidak perlu dipikirkan terlalu serius. Jangan sampai peringkat membuat seorang anak depresi dan jangan sampai peringkat merenggangkan hubungan orang tua dengan anak. Dukung mereka di bidang yang ingin ditekuni.
Terimakaish untuk para orang tua yang selalu khawatir jika anak-anaknya tidak menjadi orang yang sukses. Tapi, mohon dengan sangat untuk tidak menekan mereka. Mereka butuh semangat dan dukungan, bukan tuntutan. Mereka ingin membuat anda semua bangga dengan cara mereka sendiri. Bimbing mereka dan doakan yang terbaik untuk mereka. Karena setiap orang pasti akan mengalami rasanya di atas dan di bawah.
Sekian:) terimakasih dan mohon maaf:)
Oh iya, buat kalian yang mau request bahas apa di blog selanjutnya silahkan comment yaa... boleh DM juga kok di ig aku @shabrina_ni
Dan kalian boleh tanya2 soal matematika, nanti yang menarik InsyaaAllaah bakal aku bahas di sini. Untuk saat ini, matematikanya jenjang SMP ke bawah yaa.. hehe..
Assalamualaikum wr. wb.
ReplyDeletekak mau nanya nih,sedikit cerita ini sih hehe:v . kan aku ini kalo belajar harus kayak ada yang nemenin (musik,hp,tv,makanan,minuman, dll yang bisa dinikmati) biar materi yang dipelajari ini "nyantol" diotak. Lah tetapi, orang tua saya ini menganggap saya ini kayak ndak fokus belajar malah dilihat main terus bukan belajar, padahal kalo nggak gitu ilmu yang dipelajari ini ndak "nyantol".Pokoknya harus ada yang nemenin gitu lah,kalo nggak gitu bisa dibilang 100% dari yang dipelajari itu cuman 15% yang masuk ke otak. Nah pertanyaan nya, itu gimana solusinya?
Terima Kasih Banyak ya Kakak Shabrina Nur Ihsani:)
Wassalamualaikum wr. wb.
TTD,
Dikatain Nangisan.
Waalaikumsalam..
DeleteOke kak nangisan:v makasi buat pertanyaannya..
Gini, kalau menurut aku, setiap org itu punya kebiasaan yg beda2. Nah, kebiasannya kakak ini persis sama kebiasaan ayah saya. Dan itu ngga jadi masalah kalo emang cara itu yg bikin kakak fokus belajar. Oh iya, org tua itu pasti khawatir sama anaknya, jadi mereka juga ngga salah kak..
Solusinya, kakak jalin pembicaraan yg baik dengan org tua, karena hal itu sangat penting dan saat ini pembicaraan org tua dan anak itu jarang sekali sehingga timbul banyak salah paham.
Jadi intinya, bicarain baik2 sama ortu, katakan tujuan kakak, dan jangan lupa untuk tidak berlebihan serta selalu ndengerin nasehat ortu ya kak..
Oh iya kak, orang tua pasti bakal ngerti kok kak, asal ngomongnya baik2 dan ngga ngotot2 an
DeleteSEMANGAT BRINA UWU!!!
ReplyDeleteMakasiiii uwuu:v
Deletesalut ambe mbak iki aku lhe :')
ReplyDeleteMakasi kak:) mohon dukungannya yaa
DeleteKlo blh tau,sekarang kelas brp?,dan apa alasan km bikin blog? Makasih:v
ReplyDeleteKalo soal pribadi boleh DM ya kak, hehe
Delete